Pada awal tahun 1980-an, Profesor bidang Pendidikan, Howard Gardner dari
Harvard University mengemukakan teori kecerdasan majemuk. Ia menyatakan
bahwa cara tradisional memandang kecerdasan berdasarkan tes IQ,
sangatlah terbatas. Sebaliknya ia memberikan pandangan tentang delapan
kecerdasan dimana setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda.
Teori ini membuktikan bahwa tak ada anak yang tak cerdas. Setiap anak
memiliki kecerdasan, tetapi dominasi kecerdasannya berbeda.
Kecerdasan
tersebut adalah : kecerdasan bahasa, kecerdasan logika matematika,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan musikal,
kecerdasan visual ruang, kecerdasan kinestetis, kecerdasan naturalis. Ke
delapan kecerdasan ini tak berdiri sendiri tetapi saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Variasi ranking kecerdasan dan
interaksinya menggambarkan tentang diri individu, sehingga setiap
individu menjadi berbeda. Implikasi bagi metode belajar mengajar
seharusnya difokuskan pada kecerdasan tertentu dengan menggunakan gaya
pengajaran yang tepat sesuai potensi kecerdasan anak didik. Oleh karena
itu penaksiran kemampuan seharusnya mengukur semua bentuk kecerdasan,
bukan hanya terfokus pada bahasa dan logika.
Pada abad ke
19,Paul Brocca menemukan area pusat produksi kemampuan bicara berada
pada area frontal lobes yang dikenal sebagai area brocca di otak bagian
kiri. Individu yang mengalami Brocca’s aphasia dan Wernicke’s aphasia
akan menga;ami gangguan pada kemampuan bicaranya. Hal ini membuktikan
bahwa pusat kemampuan bahasa berada pada otak sebelah kiri.
Pembuktian
berikutnya dilakukan oleh Roger Sperry dan Koleganya pada tahun 1960.
Penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan fungsi dan tugas antara
otak kanan dan kiri. Otak kiri memiliki fungsi untuk verbal, pemahaman
logis, faktual dan analisis. Sementara itu otak kanan memiliki fungsi
yang berkaitan dengan persepsi ruang, musik, kreatifitas dan emosi. Otak
kanan berhubungan dengan tangan kiri dan otak kiri berkaitan dengan
tangan kanan.Hasil penemuan inilah yang mengantarkan Roger W.Sperry
mendapat hadiah nobel pada tahun 1981.
Penemuan berikutnya dilakukan
Dr Rita Levi Montalcini (peraih Nobel Prize, bidang neurologi, 2003) dan
Dr Stanley Cohen dimana mereka menemukan adanya korelasi antara NGF (
Nerve Growth Factor ) dan EGF ( Epidermal Growth Factor ). Korelasi
antara NGF dan EGF adalah :
• Fingerprint pada ibu jari berkorelasi dengan bagian otak Prefrontal.
• Fingerprint pada Telunjuk berkorelasi dengan bagian otak Frontal.
• Fingerprint pada Jari Tengah berkorelasi dengan bagian otak Parietal.
• Fingerprint pada Jari Manis berhubungan dengan bagian otak Temporal.
• Fingeprint pada Jari Kelingking berhubungan dengan bagian otak Occipital.
Karena
identifikasi multiple intelligence dilakukan melalui sidik jari maka
berarti ada 10 kecerdasan bukan hanya 8 kecerdasan. Hal ini dapat
dipahami karena kecerdasan visual diukur berdasar pengamatan perilaku
sehingga dinyatakan sebagai visual spatial. Dalam sidik jari maka
kecerdasan ini merupakan interaksi kecerdasan visual 2 dimensi dan
kecerdasan imajinasi atau kemampuan melihat ruang. Oleh karena itu,tidak
semua anak yang bisa menggambar sesuai untuk pemilihan jurusan studi
sebagai arsitek. Kita juga dapat melihat bahwa ada anak yang bisa
menggambar dengan melihat alam, ada yang menggambar alam berdasarkan
foto, ada lainnya yang suka menggambar abstrak, ada yang mampu
menggambar 3 dimensi. Tentunya melalui analisa sidik jari hal ini dapat
diidentifikasi dengan tepat.
Kecerdasan kinestetik dapat
diidentifikasi melalui 2 kecerdasan yaitu kecerdasan gerak tubuh dan
kecerdasan gerak jari jemari. Memang pada anak usia dini perbedaan
perilaku antara anak yang dominan kecerdasan tubuhnya dan jemarinya
tidak terlalu nampak sehingga diidentifikasi sebagai kecerdasan
kinestetik atau sensory. Pada usia 10 tahun keatas ( atau sebagian ada
yang menunjukkan perbedaan diatas 12 tahun), maka ada sebagian anak yang
dikenal tak bisa diam atau banyak bergerak mulai menunjukkan penurunan
gerakkan tubuhnya tetapi lebih banyak di dominasi oleh gerakkan
jemarinya. Anak yang cerdas atau trampil menggunakan jemarinya adalah
anak yang pandai membuat barang kerajinan tangan. Oleh karena itu
menurut gejala perilakunya maka ada 8 kecerdasan majemuk pada diri
individu.
Kadang dalam melihat gejala perilaku kita juga bisa
mengidentifikasi kecerdasan anak yang menonjol. Manakala ada seoarang
anak yang mendengar musik langsung menggerak-gerakkan kaki atau
tangannya mengikuti irama musik. Tanda atau gejala ini menandakan anak
memiliki kecerdasan musik yang cukup tinggi. Oleh orang tuanya, anak
tersebut di kursuskan piano dengan alasan agar otak kanan dan kirinya
seimbang. Namun setelah 4 tahun mengikuti kursus tersebut, sang anak
tidak menunjukkan kemajuan yang berarti dibandingkan rekan di kelasnya.
Memang biaya kursusnya terbilang tidak terlalu tinggi menurut ukuran
orang tuanya yaitu Rp 350.000,-. Tetapi bila dihitung waktu dan biaya
selama periode 4 tahun, maka biaya tersebut terbilang besar yaitu 4 x 12
x 350.000 = Rp. 16.800.000,-.
Akhirnya sang mama mengikut
sertakan anaknya untuk mengikuti tes sidik jari. Berdasar atas hasil
analisa, diidentifikasi anak tersebut memang memiliki kecerdasan musik
yang tinggi. Namun karena kecerdasan dexteritynya lemah maka anak
cenderung kurang trampil dalam menggunakan jemarinya. Dibutuhkan waktu
yang lebih banyak dan belajar secara konsisten untuk bisa menguasai
ketrampilan memainkan tuts piano. Sang anak bisa menjadi stress karena
tak cepat menguasai ketrampilan tersebut. Gejala nampak ketika
disampaikan informasi ini, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidak
setujuan atas desakan orang tuanya bermain piano.
Hal ini tentu
dapat dipahami dengan gejala perilaku yang nampak yaitu ada orang yang
senang menikmati musik, tetapi tidak semua yang cerdas musik bisa
menyanyi dengan baik. Adapula orang yang pandai bermain musik tetapi tak
bisa mengarang lagu. Ada pengarang lagu tetapi tak pandai menyanyi. Hal
ini juga ditentukan oleh interaksi antar kecerdasannya. Dalam sessi
konsultasi seringkali interaksi ini disampaikan dan berikut gejala
perilaku yang nampak pada saat ini.
Demikian yang bisa kami
sharingkan tentang multiple intelligence dan tes sidik jari, mudah2an
dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Salam sukses selalu
Drs.Psi.Reksa Boeana
Executive Partner Smart Business Solution.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar